Selasa, 21 Februari 2017

Stop Iklan Rokok Untuk Indonesia Yang Lebih Sehat



Permasalahan di negara kita sudah sangat banyak. Sehingga kita sebagai masyarakat harus pintar-pintar menghadapinya. Apalagi permasalahan yang sudah menyangkut keselamatan dan perkembangan anak-anak. Bukankah mereka adalah aset bangsa yang perlu dijaga? Kalau banyak yang memengaruhi tumbuh kembangnya, bagaimana mereka bisa tumbuh dengan baik dan sesuai harapan. 

Salah satu yang bisa memengaruhi anak-anak adalah tayangan-tayangan yang bertebaran di televisi. Memang, tidak semua tayangan di televisi memberikan dampak negatif, tapi tidak sedikit acara-atau tayangan yang perlu diwaspadai. Sebagai orangtua, kita memiliki peranan penting. Selalu dampingi anak-anak ketika menonton televisi. Karena tidak semua tayangan itu pantas disaksikan oleh anak-anak. Pendampingan dari orangtua menjadi sangat penting dan urgent



Seperti iklan rokok yang walau dikemas dengan tidak memunculkan rokok, tapi itu bisa memengaruhi pikiran. Karena ditayangkan berulang-ulang, sehingga iklan rokok itu secara tidak sadar masuk ke alam bawah sadar. Bahwa dengan merokok, kita akan menjadi keren. Iklan rokok yang marak ditayangkan baik di televisi maupun lewat billboard di pinggir jalan, tentu akan memengaruhi pikiran. 

Fenomena iklan rokok ini dibahas sangat menarik oleh Komisi Pengendalian Tembakau. Dengan moderator Moza Paramitha, talkshow ini menghadirkan beberapa narsumber dari bidang yang berbeda diantaranya RST Masli (pakar periklanan), Muhammad Joni (advokat), Sarah Sechan (public figure) dan Ekki Soekarno (musisi). Keempat narasumber yang dihadirkan berbagi dan memberikan pandangan mereka soal iklan rokok yang gencar ditayangkan.


Muhammad Joni mengatakan kalau pemerintah harusnya cepat membuat putusan soal iklan rokok. Rokok merupakan zat adiktif berbahaya yang bisa membuat penggunanya menjadi kecanduan. Rokok tidak hanya berbahaya bagi tubuh si perokok, tapi juga bisa membunuh orang di sekitarnya. Contohnya seorang ayah yang merokok, maka bisa dipastikan kalau anak dan istrinya bisa ikut merasakan efek negatifnya. Perokok aktif memiliki daya tahan tubuh yang kuat dari pada perokok pasif. Sedangkan perokok pasif tidak punya "benteng" dalam menghadapi asap rokok, maka tidak heran jika perokok pasif bisa mengidap penyakit yang mematikan juga. 

Menurut RST Masli, seorang pakar periklanan yang sudah malang melintang dalam dunia iklan, mengatakan kalau perusahaan rokok adalah perusahaan yang 'nakal'. Perusahaan rokok juga sering sekali tidak taat dengan aturan. Misalnya saja jadwal tayang sebuah iklan rokok yang harusnya tayang tengah malam, malah ditayangkan lebih awal dimana anak-anak masih menonton. Apalagi iklan rokok selalu dikemas dengan sangat menarik dan itu malah akan menjadi perhatian bagi anak-anak. Yang lebih parahnya, tayangan itu selalu diulang-ulang dan tidak memunculkan rokoknya itu sendiri. Dengan begitu, tidak heran anak-anak jadi penasaran. 

Memang, peranan orang tua sangatlah penting. Selalu dampingi anak-anak ketika menyaksikan tayangan di televisi, memberikan pengetahuan soal bahaya rokok, dan selalu aware dengan pergaulan mereka. Anak-anak yang masuk usia pra remaja (mulai usia 9 tahun) biasanya selalu penasaran denga hal-hal baru. Tidak menutup kemungkinan degan rokok. Berawal dari rasa pensaran, lalu mencoba satu, dan akhirnya menjadi pecandu rokok. Mengerikan. 

Sarah Sechan, seorang public figure memiliki seorang putra yang kini beranjak dewasa. Sarah sadar bahwa banyak dampak negatif yang timbul dari sebatang rokok. Oleh karena itu, dia selalu mengingatkan pada anaknya bahwa merokok adalah bukan hal keren yang bisa dilakukan. Sarah meminta pada anak semata wayangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif daripada pensaran dengan rokok. Dan sejauh ini, apa yang ia lakukan berhasil membuat anaknya tidak tersentuh dengan rokok. 

Kita tidak memungkiri kalau perusahaan rokok menjadi perusahaan besar yang memiliki pengaruh. Bahkan untuk "menutupi" keburukannya, mereka rutin menyalurkan uang-uang mereka untuk berbagai kegiatan. Sebut saja konser musik yang sudah tidak terhitung jumlahnya, yang disponsori oleh perusahaan rokok. Amazingnya, jumlah uang yang disalurkan tergolong tidak sedikit. Ekki Soekarno, seorang musisi yang ikut hadir sebagai narasumber mengakui kalau perusahaan rokok sangat mudah memberikan sponsor pada sebuah konser musik. Asalkan nama perusahaan rokok tercantum di banner-banner raksasa sebagai sponsor, maka puluhan bahkan ratusan  juta bisa mengalir dengan mudahnya.


Tapi, saat ini  Ekki mulai memfilter diri untuk tidak berhubungan dengan perusahaan rokok, ketika akan mengadakan sebuah konser musik. Awalnya memang berat, tapi tahu dampak negatif yang ditimbulkan, ia dengan tegas akan menolak perusahaan rokok sebagai sponsor. 

Penghentian iklan rokok memang bukan pekerjaan mudah. Perlu kerja keras para anggota dewan untuk membuat kebijakannya. Sebagai masyarakat, kita harus mendorong upaya #StopIklanRokok dengan berbagai cara. Kita bisa menggunakan sosial media sebagai alat untuk menyuarakan keinginan kita agar iklan rokok bahkan rokok itu sendiri dihilangkan saja dari peredaran. Demi Indonesia yang lebih sehat, mari ikut kampanyekan #StopIklanRokok.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar